Saat saya kelas 8 ada tugas membuat Kliping Batik oleh Guru Batik
Nama :
Al Fanni Herawati Setyaningsih
No./Kls :
03/8 c
Pengertian Batik :
Batik berasal dari kata “titik” yang berarti “ciri”
atau “tanda” merupakan salah satu jenis seni kerajinan tradisional warisan
nenek moyang kita sejak zaman Mataram pada abad 16,dan berkembang cukup pesat
setelah abad 17 jaman kejaan Keraton Kartasura.
Pengertian Macam-Macam Batik:
1. Batik Tulis adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung ditulis secara manual.Alat untuk menulisnya atau yang biasa disebut canting terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan malam atau pewarna, tergantung dari teknik batik yang akan digunakan.
2. Batik Cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap. Canting cap dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga membentuk corak atau motif pada salah satu permukaannya.
3. Batik Jumput yaitu kata jumputan berasal dari bahasa jawa. Menjumput berarti memungut atau mengambil dengan semua ujung jari tangan. cara pembuatan kain batik jumputan sangat sederhana dan mudah dilakukan karena tidak menggunakan lilin dan canting.
4. Batik Printing adalah jenis batik yang teknik membuatnya dengan menggunakan teknik cetak sablon atau cetak saring (screen printing ) menggunakan peralatan bernama screen dan obat sablon dengan motif dan pewarnaan yang bervariatif.
5. Batik Lukis adalah jenis batik yang teknik pembuatannya dengan menggunakan teknik dilukis seperti orang melukis dengan menggunakan canting atau kuas secara bergantian atau alat batu lain sehingga bermotif bebas,dengan teknik batik (tutup dan celup) yang bahan bakunya juga menggunakan lilin,kain dan pewarna batik alami atau pewarna buatan atau sintetis.
6. Batik Modern adalah batik yang dibuatr dengan motif, teknik, dan pemberiaan warna secara bebas.
Ragam Motif Batik

Kawung
dalam bahasa Sunda berarti buah aren atau kolang-kaling. Motif kawung
menyerupai buah kawung yang dipotomg melintang sehingga kelihatan empat biji.
Motif kawung sebenarnya meniru buah aren atau kolang-kaling yang dibelah menjadi dua seperti di samping.

adalah motif
yang memiliki bentuk dasar segitiga sama kaki. Motif ini digunakan sebagai pinggiran
kain batik.

Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada akhirnya, membawa dirinya memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah).
Dengan demikian, kita bisa lihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil, tetapi tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofis bahwa mega mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah.

Batik motif cuwiri biasa digunakan pada saat acara mitoni, sebuah tradisi memperingati tujuh bulan usia bayi. Cuwiri artinya kecil-kecil. Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati oleh masyarakat. Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki banyak aturan sesuai dengan falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan kemakmuran dan kebaikan. Ciri khas dari Batik Cuwiri adalah hadirnya lambang meru dan gurda.

Motif ini mengandung makna bahwa untuk
mencari keutamaan, harus dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu
usaha keras dan kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Usaha keras dan kegesitan dengan cara kotor harus dihindari
karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Diharapkan
pemakainya menjadi orang yang bijak, mampu memberikan petunjuk tentang
keluhuran budi dari jalan yang benar sesuai dengan Yang Maha Kuasa.

Dipakai
oleh pengantin dalam upacara pernikahan. Sido berarti terus menerus. Mukti
berarti kecukupan dan penuh kebahagiaan. Diharapkan pengantin yang memakai
batik ini kelak akan bahagia dan sejahtera.Begini bentuk Modern Batik dengan
Motif Sido Mukti.

Motif batik parang rusak
barong ini berasal dari kata batu karang dan barong (singa). Mempunyai makna
bahwa Parang menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan batik
ini bisa berlipat kekuatannya. Parang barong merupakan parang yang paling
besar, dan karena kesakralan filosofinya, motif ini hanya boleh digunakan untuk
raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi. Ciri Khas: Memiliki
unsur motif ceplok. Digunakan sebagai kain panjang.

Tetapi ada pengkecualian dalam
proses penciptaan motif truntum. Menurut Winarso Kalinggo, motif itu diciptakan
oleh Kanjeng Ratu Beruk. Anak dari seorang abdi dalem bernama Mbok Wirareja ini
adalah isteri dari Paku Buwono III (bertahta dari 1749–1788 M) tetapi berstatus
garwa ampil (selir), bukan permaisuri kerajaan.
Persoalan
status ini menjadikan Kanjeng Ratu Beruk selalu gundah. Ia mendamba jadi
permaisuri kerajaan, sebuah status yang begitu dihormati dan dipuja orang
sejagad keraton. Tapi lebih dari semua itu, Kanjeng Ratu Beruk ingin selalu
berada di samping sang raja agar malam-malam sunyi tidak ia lewati sendirian.


Tambal
artinya menambah semangat hari dan bermakna menambal atau memperbaiki
hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki
diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik
bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya
adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal.
Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang
kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”. Ciri khas : Memiliki
unsur motif ceplok, parang, dan meru. Digunakan sebagai kain panjang.

Motif Batik Parang Kusuma, bermakna hidup harus
dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat
keharuman bunga (kusuma).Ciri khas:
Memiliki motif parang dan mlinjon. Digunakan sebagai kain saat tukar cincin.

Zat Warna : Soga Alam
Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
1. Pembuatan Batik Tulis secara Tradisional
Proses pembuatan batik tulis secara tradisional hanya
menggunakan pewarna biru indigo dan soga dengan melewati 7 tahapan pembuatan,
yaitu:
- Mbathik atau Nglowong, yaitu membuat pola pada kain dengan menempelkan malam menggunakan canthing tulis. Nglowong pada sebelah kain disebut juga “ngengreng” dan setelah selesai dilanjutkan dengan “nerusi” pada sebelah lainnya. Malam klowong yang digunakan pada proses ini tidak boleh bertekstur terlalu ulet agar nantinya mudah dikerok.
- Nembok, yaitu menutup bagian-bagian pola yang akan dibiarkan berwarna putih menggunakan malam. Lapisan malam mini berfungsi sebagai tembok penahan zat pewarna agar jangan merembes ke bagian yang ditembok. Malam tembok harus memiliki tekstur kuat dan ulet.
- Medel, yaitu mencelup kain yang telah diberi malam kedalam pewarna untuk memberikan warna dasar. Pada zaman dahulu, warna dasar ini adalah warna biru tua menggunakan bahan pewarna Indigo (bahasa jawanya adalah tom). Bahan pewarna ini tebilang sangat lambat untuk diserap oleh kain, sehingga harus dilakukan berulang kali.
- Ngerok dan Nggirah, yaitu menghilangkan lilin dari bagian-bagian yang akan diberikan warna soga. Biasanya proses ini menggunakan alat yang dinamakan cawuk (semacam pisau tumpul).
- Mbironi, yaitu menutup bagian-bagian yang akan tetap berwarna biru. Proses ini dilakukan pada kedua sisi kain.
- Nyoga, yaitu mencelup kain kedalam pewarna soga. Sebagaimana Medel, proses ini jika menggunakan pewarna alam juga harus dilakukan secara berulang dan setiap kali selesai pencelupan maka harus dikeringkan di udara terbuka.
- Nglorod, yaitu menghilangkan lilin batik menggunakan air mendidih.
2. Proses Pembuatan Batik Klasik
Persiapan :Kain katun putih dengan lebar kira-kira 110 cm dan panjang 240 cm
digarap sebelumnya agar bisa dipakai untuk pengolahan selanjutnya. Penggarapan
ini terdiri dari mencuci, menganji, menjemur dan mengetuknya, suatu proses yang
memakan waktu berhari-hari.
Design : Jika kain sudah siap untuk proses selanjutnya, maka
motif-motif digambar dengan mengikuti pola yang sudah tersedia pada kertas atau
langsung menggambar pada kain bagi pengrajin batik yang telah ahli. Setelah
desain dibuat maka satu persatu diberi warna. Namun bisa juga menggambar
keliling desain dulu supaya bidang-bidangnya bisa ditutupi. Cara menggambar
dilakukan dengan cairan malam yang keluar daricanting dalam bentuk pancuran
halus, sedangkan ukuran canting pun bervariasi.Canting berbentuk seperti poci
teh kuningan kecil sebesar kepala pipa tembakau dan bertangkai kayu. Semakin
kecil cantingsemakin halus aliran malam yang keluar. Sebelumnya malam dicairkan
dengan cara memanaskan lebih dulu, yang terpenting adalah menjaga suhu agar
tepat. Kemudian pada permukaan kain sebaliknya, dilakukan desain dan pengerjaan
yang sama agar tidak terdapat perbedaan di kedua sisi kain batik.
Pewarnaan :Selanjutnya kain
bisa dicelupkan dalam bahan pewarna biru. Pewarnaan/pencelupan ini diulang
berkali-kali hingga hasilnya tercapai. Pada produk-produk bermutu tinggi
pewarnaan hingga 30 kali adalah suatu keharusan. Pewarna tradisional adalah
indigo, keistimewaan warna ini adalah warnanya baru timbul sesudah kain yang
diberi pewarna ini dijemur dan terkena udara. Jika kain masih basah maka
bagian-bagian desain yang akan diberi warna coklat, dikerik malamnya. Setelah
itu bagian-bagian yang diberi warna biru dan tetap harus berwarna biru juga
ditutup dengan malam. Kemudian kain dicelup ke dalam pewarna coklat.Bahan
pewarna tradisional untuk coklat adalah soga, sejenis kulit pohon tertentu.
Penggarapan warna yang baik memakan waktu 15 hari, dengan 3 macam pewarnaan
perhari. Bagian-bagian yang mula-mula diwarna biru dan kemudian diwarna coklat
menjadi hitam warnanya. Dengan demikian terjadilah tiga warna dari dua bahan
pewarna, yaitu biru, coklat dan hitam. Dan disamping itu beberapa bagian tetap
berwarna putih.
Penghilangan Malam : Setelah pengulangan
pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan,
hal ini dilakukan dengan merebus kain hingga malam mencair, dan cairan malam
akan mengapung di permukaan. Setelah itu kain dicuci lagi.Pengerjaan batik pada
kain sutera digunakan tehknik yang berbeda, karena memerlukan malam dan bahan
pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain suteranya.Hasil proses pembuatan
batik tersebut di atas disebut batik tulis.
Alat dan bahan yang digunakan dalam membatik,antara
lain: canting, kain, mori, malam, bamdul, wajan, kompor/anglo, gawangan,
tepas/kipas, saringan, dan lain-lain.Membatik alah menutupi gambar dengan
malam. Dapat dilalukan di atas kain ataupun di atas katun, sutra, dan
lain-lain.
1. Canting
adalah alat yang dipergunakan untuk menulis menggunakan malam. Canting dapat
dibedakan menjadi beberapa macam sebagai berikut.
a. Canting
tembokan, yaitu canting yang berfungsi untuk menutup bidang yang luas (blok)
pada motif batik. Canting tembokan memiliki carat berukuran besar.
b. Canting
isen , yaitu canting yang berfungsi untuk mengisi pola/rengrengan . Canting
isen memiliki cucuk/carat kecil, ada yang bercarat satu (canting cecekan), dua
(canting loron),tiga (canting telon).
Macam-macam canting iseng:
Ø
Canting cecekan
Ø
Canting loron
Ø
Canting talon
Ø
Canting prapatan
Ø
Canting liman
Ø
Canting renteng/galaran
c. Canting
rengrengan,yaitu canting yang berfungsi untuk membuat rengrengan/kerangka motif
batik sesuai dengan pola/desain. Canting rengrengan memiliki cucuk/carat
sedang.
2. Kain
putih (mori) adalah bahan baku batik dari katun. Kualitas mori bermacam-macam
dan jenisnya menentukan baik buruknya batik yang dihasilkan. Jenis-jenis mori,
antara lain sebagai berikut.
a. Primisima
b. Prima
c. Biru
d. Belacu
e. Mesres
f. Berkolin
g. Primis
3. Lilin
atau malam adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik.Contoh jenis malam
menurut sifat dan kegunaannya sebagai berikut.
a. Malam
carik, berguna untuk batik tulis halus.
b. Malam
gambar, bernuna membuat efek wrna retak.
c. Malam
tembokan, berguna untuk menutup/mengeblok.
d. Malam
biron, berguna untuk menutup warna biru
4. Pewarna.
Contoh beberapa pewarna:

















v Bahan
pembantu,TRO (sebagai pengikat warna). Soda abu (menetralisir soda kostik),soda
kostik (sebagai pengikat warna pada kain), air panas dan dingin.
5.
Bandul adalah benda yang fungsinya untuk menahan mori
yang baru dibatik agar tidak mudah bergeser.
6.
Taplak adalah kain untuk menutup paha supaya si
pembatiktidak terkena tetesan malam waktu membatik.
7.
Wajandigunakan untuk wadah/tempat mencairkan malam
atau lilin. Wajan terbuat dari logam alumunium atau wajan yang terbuat dari
gerabah.
8.
Anglo/keren digunakan untuk tempat membakar arang yang
digunakan sebagai sumber panas guna mencairkan lilin. Anglo terbuat dari
gerabah dan dapat juga kita gunakan kompor sebagai penggantinya.
9.
Tepas yang terbuat dari anyaman bambu yang digunakan
untuk membesarkan perapian jika menggunakan arang kayu sebagai bahan bakarnya..
10. Saringan malam
adalah alat untuk menyaring malam panas yang banyak mengandung kotoran.
11. Dingklik terbuat
kayu atau plastik yang digunakan untuk duduk si pembatik.
. Membuat Batik Dengan Teknik dan Corak Seni
Rupa Nusantara
Ada dua tahap dalam proses pembuatan batik,yaitu tahap
desain dan tahap pembatikan.
1.Tahap Desain
Pada tahap desain hal-hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut.
a. Membuat desain
atau rancangan pada gambar kertas.
b. Memindahkan
gambar dari kertas ke kain mori. Proses seperti ini disebu nyorek. Agar lebih
mudah,letakkan pada meja gambar dengan alas kaca yang pada bagian bawahnya
diterangi lampu.
2. Tahap Pembatikan
a. Setelah selesai
dipola/didesain, kemudian dibatik dengan menggunakan malam.Malam atau lilin mempunyai
fungsi menghalangi masukinya zat warna dan membentuk motif.
b. Proses
selanjutnya adalah pewarnaan.
Macam-macam
warna dalam batik:
1) Warna napthol
2) Warna indigosol
3) Warna rapide
4) Warna kopel soga
5) Warna ergan soga
6) Warna prosion
Kain yang sudah dibatik dengan malam, diwarnai dengan
zat warna dapat menggunakan kuas ataupun pencelupan, pewarna jenis batik ada
beberapa macam, antara lain:
1) Batik klasik
2) Batik colet
(warna warni)
3) Batik kelengan
4) Batik laseman
c. Menghilangkan lilin/dilorot
Kain yang mengandung lilin dimasukan dalam air panas.
Air lorotan ditambah bahan pelarut dalam bentuk emulasi dapat dicampur dengan
air dan tidak berbahaya. Supaya warna batik awet jangan dicuci pakai
sabu,tetapi pakai lerak dan dijemur di tempat teduh.

1. Melarutkan obat
pewarna Napthol
Misalnya mebuat larutan warna kuning ,caranya yaitu :
1 ons Napthol AS-G + 3 sendok the Kaustik Soda, 3
jenis obat tersebut dilarutkan dsengan air mendidih sebanyak 3 liter dan diaduk
hingga homogeny, kemudian biarkan larutan obat tersebut sampai dingin, setelah
agak dingin larutan obat dapat kita gunakan untuk mewarnai.
2. Melarutkan garam
diazo (pembangkit warna)

3. Membuat pola
motif pada kain



4. Pewarnaan

Contoh: Naphtol
AS/AS-BO + Garam biru B menjadi warna Biru tua.

Þ Ember 1. Larutan NaphtolÜ
1. Celupkan kain pada larutan Naphtol secara berulang-ulang
2. Tiriskan
Þ Ember 2. Larutan GaramÜ
3. Celupkan kain pada larutan garam secara
berulang-ulang.
4. Tiriskan.
Þ Ember 3. Air Bersih dan Larutan Soda Abu.Ü
5. Celupkan kain yang sudah di warna pada ember 3.
6. Tiriskan.
Þ Panci 1.Air bersih yang mendidih Ü
7. Rebus kain dalam panic dengan air mendidih.
8. Dengan mengugunakan kayu celup dan angkat kain secara
berulang-ulang.
Þ Panci 2. Air bersih dinginÜ
9. Masukkan kain pada air bersih yang dingin.
10. Kucek secara berulang-ulang lilin yan mungkin masih
menenmpel pada kain sehingga kain menjadi bersih.
11. Tahap pengeringan, Tiriskan dan keringkan di tempat
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
5.
Penyelesian
Apabila kain sudah kering kemudian
selanjutnya disetrika. Dengan demikian selesai sudah proses pembuatan batik
kelengan, selanjutnya terserah pemanfaatannya, apakah digunakan untuk lukisan,
baju, taplak, sarung batal, sprei atau yang lainnya sesuai kreativitasmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar